Aku mengikuti perkembangan Jakarta sehari-hari ya sehari-hari.
Saya senantiasa disajikann tontonan menarik oleh beberapa orang yang mengakui beragama tetapi tingkah laku melebihi setan-setan kekafiran. Dari mulai petinggi Negeri ini hingga kambing yang berjenggot pakai daster sesapian.
Agama yang semestinya sebagai Rahmat untuk semua umat manusia saat ini beralih jadi alat politik untuk meraih kekuasaan. Agama dibungkus dengan rapi serta begitu rapi sebagai alat mencapai kekuasaan, mencapai keuntungan, memuaskan nafsu seks dsb. Tamak serta serakah yaitu kata yang pas buat mereka.
Lihatlah begitu licik serta lihainya seseorang Kanjeng Dimas yang tuturnya dapat menggadakan duit bermilyar-milyar memperdaya orang banyak dari mulai yg tidak perpendidikan hingga yang berpendidikan S3.
Tak tanggung-tangung seseorang yang ditokohkan juga bahkan juga turut terseret oleh kelihaian Kanjeng Dimas.
Telah berapakah orang sebagai korban kerakusan dari Kanjeng Dimas ini? haachh…. cuma mereka yang tau bersama setannya.
Begitu tingginya nafsu seks seseorang Aa Gatot untuk memperdaya wanita dengan dalih tuntunan rohani atau pengajian cuma untuk dapat memuaskan nafsu kebinatangannya dengan bertopengkan Agama. Dari mulai artis populer hingga perawan desa yang ingin populer jadi korban kebuasannya. Memalukan!!!
Jujur hingga di sini saya tidak mengerti mengapa MUI serta ormas Islam terutama FPI tak ada demo, tak ada yang memprotes. Tidakkah itu beberapa terang penistaan Agama?
Apakah MUI yang di huni oleh beberapa Ulama bakal keluarkan label “halal” untuk tingkah laku seperti ini? ha.. ha.. ha.. ha.. ha..
Hingga dititik ini saya tidak berhasil memahami. Atau apakah memanglah untuk beberapa hal yg tidak baik seperti ini mereka bersekutu?. Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
Video Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat kunjungan kerja di kepulauan seribu jadi sorotan mereka beberapa sapi berdaster menjijikkan. Dengan dalil penistaan serta penghinaan Agama mereka umbar perang pada Ahok. Video yang mereka anggap sudah mengejek Alquran berawal saat Gubernur DKI Ahok memberi keterangan serta edukasi pada orang-orang kepulauan seribu.
Ahok yang menyelipkan ayat Alquran mengutip surat Almaida 51 mengedukasi mereka tetang pilih seseorang pemimpin.
“Kalau menurut hati nurani bapak-ibu berdosa pilih saya lantaran surat Almaida 51, ya janganlah tentukan saya. Janganlah lantaran pertolongan ini ayah ibu jadi tak enak hati sama saya. Ini bukanlah duit saya kok ini duit Pemprov DKI” Demikian perkataan Ahok saat itu.
Terlihat dalam video pertemuan itu warga kepulauan seribu tak ada yang tersinggung atau geram pada Ahok saat itu. Serta tak ada satu kalimat atau ucapannya untuk mengejek ayat Alquran.
Tetapi perkataan itu di pelintir oleh seseorang simpatisan Anies Baswedan, Buni Yani serta mengupdatenya melalui status facebooknya. Berikut awal dari kekisruhan ini, Banyak tokoh-tokoh Islam menghujat Aahok bahkan juga melaporkannya ke Bareskrim atas nama penistaan Agama.
MUI yang di isi oleh beberapa orang yg “berpendidikan” ikut bikin keributan serta kegaduhan ini dengan melaporkan Ahok ke Kepolisian. FPI yang sampai kini getol membela kebutuhan Islam tak ketinggal menyampaikan Ahok bahkan juga mereka berjanji bakal mendemonya.
Pertanyaannya yaitu kenapa saat ada orang yang memakai Alquran sebagai alat untuk kebutuhan pribadinya, memuaskan nafsunya dengan mengorbankan orang banyak Ormas ini tak berteriak lantang atau demo? Mengapa malah mendiamkan?
Sebagian bln. lantas ada pengeboman Gereja Katolik di Medan oleh anak ingusan. Tetapi orangtua si pelaku mohon maaf pada Jemaat di sana pada akhirnya berdamai. Entahlah sistem hukum tetaplah jalan atau tak. Namun ada pesan moral yang menginginkan di sampaikan yakni memaafkan tambah lebih utama daripada mesti berbuat kerusuhan.
Paling akhir saya bakal ajukan pertanyaan apakah Tuhanmu beragama?